Skip to main content

BARU MULAI di Usia 78! Kisah Grandma Moses, Pelukis Jenius yang Karyanya Terjual Hingga Rp 16 Miliar

 Awal Sederhana, Hidup yang Biasa-Biasa Saja

Anna Mary Robertson, lahir di New York pada tahun 1860, tumbuh dalam keluarga petani sederhana. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan seni, bahkan tidak pernah bermimpi menjadi pelukis.

Seperti kebanyakan perempuan di masanya, hidupnya diisi dengan bekerja di ladang, memasak, dan mengurus anak-anak.
Ia menikah muda, membesarkan sepuluh anak, dan menjalani hidup tanpa gemerlap — hanya ketulusan dan kerja keras.

Grandma Moses-pelukis-lansia-jenius-mulai-berkarya-usia-78-tahun.
(Sumber: image ai)

Namun di usia tua, tubuhnya melemah karena artritis. Ia harus berhenti menyulam, kegiatan yang dulu ia cintai. Tapi di situlah takdir berbalik arah — dari kehilangan muncul harapan baru.

Ketika Kuas Mengubah Hidup

Pada usia 78 tahun, Grandma Moses memutuskan untuk mencoba melukis.
Awalnya hanya sebagai hiburan untuk mengisi waktu.
Ia melukis kenangan masa lalu: musim panen, anak-anak bermain, salju turun di ladang.

Warna-warna cerah dan gaya yang sederhana menjadi ciri khasnya.
Ia tidak mengikuti aturan seni — ia melukis dari hati.
Dan justru itulah yang membuat karyanya tulus, jujur, dan menyentuh jiwa.

Beberapa lukisan ia jual di toko kecil dekat rumah.
Harga? Hanya 3 sampai 5 dolar.
Hingga suatu hari, seorang kolektor seni, Louis Caldor, datang dan melihat karya itu.
Ia langsung membeli beberapa dan membawa lukisan Grandma Moses ke New York.

Dari Desa ke Galeri Dunia

Pameran pertama  Grandma Moses digelar pada tahun 1940 dengan judul “What a Farm Wife Painted.”
Karya-karyanya memikat hati publik Amerika.
Ia menjadi simbol harapan baru bagi orang-orang yang merasa hidupnya sudah terlambat.

Tak lama, lukisannya dicetak dalam kartu Natal, kalender, dan bahkan dijadikan koleksi museum.
Grandma Moses menjadi ikon seni rakyat Amerika.
Di usia 88 tahun, ia menulis buku autobiografi, dan di usia 100 tahun, Presiden Harry Truman memberinya penghargaan nasional.

Kata Bijak yang Abadi

“I look back on my life like a good day’s work—it was done, and I feel satisfied with it.”
(Aku melihat kembali hidupku seperti pekerjaan yang baik — sudah selesai, dan aku puas dengan itu.)

Kalimat sederhana itu mencerminkan kedamaian batin Grandma Moses.
Ia tidak pernah mencari ketenaran.
Ia hanya ingin terus berkarya dan menikmati hidup.

Pelajaran Hidup dari Grandma Moses

  1. Tidak ada kata terlambat untuk memulai.
    Ia mulai melukis di usia 78 tahun dan menjadi legenda dunia.

  2. Keterbatasan bukan akhir.
    Artritis membuatnya berhenti menyulam, tapi justru membuka jalan ke dunia seni.

  3. Kejujuran lebih berharga dari kesempurnaan.
    Lukisannya polos tapi penuh makna, itulah kekuatannya.

  4. Semangat berkarya bisa mengalahkan usia.
    Ia terus melukis hingga usia 101 tahun — dengan senyum dan rasa syukur.

Usia Senja Bukan Akhir, Tapi Awal yang Indah

Kisah Grandma Moses mengingatkan kita bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk mulai lagi.
Selama kita mau belajar, berkarya, dan bersyukur, hidup selalu punya ruang untuk keajaiban baru.

Jadi, jangan takut memulai, meski sudah terlambat.
Karena kadang, keindahan terbesar justru lahir di waktu yang tidak kita duga.


Artikel lain yang Menarik:

Sumber:

  1. Kallir, Otto. Grandma Moses. New York: Harry N. Abrams, 1973.

  2. Moses, Anna Mary Robertson. My Life’s History. New York: Harper & Brothers, 1952.

  3. Smithsonian American Art Museum. “Grandma Moses (Anna Mary Robertson Moses).”
    https://americanart.si.edu/artist/grandma-moses-3412

  4. The Grandma Moses Gallery. The Official Grandma Moses Website.
    https://www.grandma-moses.com

  5. Norman Rockwell Museum. “Grandma Moses: Celebrating the Spirit of American Folk Art.”
    https://www.nrm.org/

  6. Encyclopaedia Britannica. “Grandma Moses — American Painter.”
    https://www.britannica.com/biography/Grandma-Moses

  7. Time Magazine Archives. “The Magic Brush of Grandma Moses.” TIME, December 1953.

  8. The New York Times Archives. “Grandma Moses, Folk Painter, Dies at 101.” The New York Times, December 14, 1961.

  9. National Museum of Women in the Arts. “Grandma Moses: Self-Taught Visionary.”
    https://nmwa.org/

  10. Kimmelman, Michael. The Accidental Artists: The Self-Taught Masters Who Redefined Art. New York: HarperCollins, 2005.




Comments

Followers

Popular posts from this blog

Jenius Itu Mitos? Kenapa Benjamin Franklin Justru 'Gila' Belajar: Kunci Sukses Menjadi Pembelajar Sejati

Awal Hidup yang Sederhana Benjamin Franklin lahir pada 17 Januari 1706 di Boston, Massachusetts. Ia adalah anak ke-15 dari 17 bersaudara dalam keluarga sederhana. Ayahnya, Josiah Franklin, seorang pembuat lilin dan sabun; ibunya, Abiah Folger, ibu rumah tangga yang bijak. Karena keterbatasan ekonomi, Franklin hanya bersekolah selama dua tahun . Namun rasa ingin tahunya luar biasa besar. Ia gemar membaca buku apa pun yang bisa didapat — mulai dari ilmu pengetahuan, filsafat, hingga sastra klasik. “An investment in knowledge pays the best interest.” ( Investasi pada ilmu pengetahuan memberikan keuntungan terbaik. ) Benjamin-Franklin-lansia-pembelajar-sejati-dan-sukses. (Sumber: image-ai) Dari Tukang Cetak ke Penulis Hebat Pada usia 12 tahun, Franklin bekerja sebagai magang di percetakan milik saudaranya, James Franklin. Di sanalah ia belajar menulis, mengedit, dan mencetak. Ia mulai menulis artikel anonim di koran The New England Courant dengan nama samaran “Mrs. Silence Dogoo...

95 Tahun Tetap Eksis! Ini Kunci Stan Lee (Pendiri Marvel) Jaga Otak Kreatifnya Sampai Akhir Hayat

 Siapa Stan Lee? Nama Stan Lee mungkin tak asing bagi penggemar film Avengers atau Spider-Man . Namun, banyak yang tak tahu bahwa perjalanan hidupnya penuh perjuangan panjang — dan kesuksesan sejatinya baru datang di usia tua. Stan Lee lahir dengan nama Stanley Martin Lieber pada 28 Desember 1922 di New York, dari keluarga miskin imigran Yahudi. Ayahnya kehilangan pekerjaan saat Depresi Besar, membuat Stan kecil tumbuh dengan semangat mandiri. Stan-Lee-lansia-yang-sangat-kreatif-dengan-Marvelnya. (Sumber:image-ai) Awal Karier: Dari Pesuruh ke Penulis Komik Pada usia hanya 17 tahun , Stan Lee bekerja di penerbit kecil bernama Timely Comics sebagai office boy — membersihkan tinta, mengantarkan kopi, dan menghapus tulisan di meja editor. Namun, semangat dan rasa ingin tahunya tinggi. Ia sering membaca naskah komik dan diam-diam menulis cerita pendek. Tahun 1941 , Stan diberi kesempatan menulis cerita untuk Captain America Comics edisi #3 — inilah debut pertamanya sebaga...